1 Bunyi kursi berdecit akibat gesekan yang dibuat sengaja oleh orang mendudukinya. Itu menggangguku, aku ingin menegurnya langsung. Ia memang duduk di depanku, namun jaraknya dua baris dari kursiku. "Ah aku tidak bisa menahannya." kataku pada teman disebelahku. "Sabar Air, kita tidak boleh membuat masalah." Namanya Tin, dan ia berbicara lirih sambil terus menatap ke depan. Aku hanya bisa menggigit bibirku kesal. Aku yakin beberapa orang di ruangan ini juga merasa itu gangguan yang menyebalkan. Termasuk pembicara yang sedang berpidato di depan sana, sesekali menatap sumber bunyi berdecit itu. "em.. sampai dimana kita tadi. Ehm... baiklah saya akan membacakan para juara, peraih nilai terbaik di masing-masing kelas. Nantinya, bagi nama-nama yang disebutkan, dipersilahkan ke atas panggung." Ada jeda di beberapa kalimat, saat Bu wakil menatap sumber bunyi decitan itu. Bunyi itu akhirnya berhenti sesaat. Situasi kembali khidmat. Orang-orang sebagian terlihat...
Photo by USGS on Unsplash Terkadang kita harus menghadapi momen-momen krisis di suatu fase kehidupan. Krisis seperempat abad kehidupan atau Quarter Life Crisis (singkat: QLC) mungkin bukan krisis pertama buat kamu, tapi saat menghadapinya ternyata lumayan ya beratnya. Apalagi kalau lagi sendirian, hidup di perantauan, bekerja keras mengejar mimpi dan sukses seperti orang-orang yang kamu kagumi. Sederhananya, masalah itu datang tanpa diundang di masa sulit. Masalah yang hadir kali ini rasanya jauh lebih berat dari masalah yang pernah ada. Tidak jarang di fase QLC, pertanyaan filosofis seperti alasan keberadaan dan apa tujuan hidup0 cukup membuat risau dan penasaran. Dan memang standar hidup manusia modern juga menjadi hantu yang membayangi setiap harinya, belum lagi kekhawatiran akan pendapat orang-orang sekitar. Rasanya masalah kita terlalu banyak hanya untuk 24 jam waktu yang kita punya. Tanda kalau kamu sedang mengalami krisis bisa dilihat dari pola hidupmu yang berubah. Kamu k...