Langsung ke konten utama

The Paradox of Choice:

indah primad | Diperbaharui 18 Juli 2023 | Bacaan 3 Menit

The paradox of choice: bagaimana membuat pilihan terbaik


Anda bingung saat dihadapkan dengan banyak pilihan? Timbul perasaan khawatir saat akan mengambil keputusan. Khawatir kalau keputusan saat ini akan membuat hidup anda lebih buruk di masa depan. Dan anda menyesal mengambil keputusan yang buruk. 

Saat anda terlanjur menyesal, sebagian orang akan mengatakan “nasi telah menjadi bubur yang harus dilakukan adalah menerima dan bangkit kembali mengambil keputusan yang lebih baik.”

Tunggu dulu, anda mungkin akan mengernyitkan dahi dan bertanya seperti ini, (narasi dalam pikiran yang berbicara cepat)

“bukankah penyesalan saya hari ini ditentukan oleh keputusan saya di masa lalu? artinya saya di masa lalu telah membuat keputusan yang tidak baik untuk saya sendiri. 

Kemudian saya harus kembali mengambil keputusan untuk masa depan saya. Bagaimana kalau keputusan yang saya ambil, akan membuat hidup saya tidak lebih baik dari sekarang. 

Jadi bagaimana saya bisa mengambil keputusan terbaik saat ini untuk masa depan yang lebih baik? Andai jika ada lebih banyak pilihan mungkin saja hidup saya akan lebih baik?”

“Apakah memang benar begitu?”

Tenang, tarik nafas tiga kali! fyuuuh...

The Paradox of Choice

“Perasaan tidak pernah puas akan membuat anda menyesal dan anda tidak akan pernah merasa tenang untuk hal apa pun. “

Seorang psikolog bernama Barry Schwartz, sudah pernah membahas hal ini di bukunya ‘The Paradox of Choice’. Saya menemukan beliau mengulasnya pada TED TALKS dengan judul video yang sama. 

Beliau menjelaskan ternyata pilihan demi pilihan yang anda hadapi saat ini terbukti membuat anda semakin bingung, kondisi ini desebut paralysis. Semakin banyak pilihan, semakin membuat anda bingung. 

Kesimpulannya, pilihan yang banyak tidak akan membuat anda memutuskan lebih baik. Cara untuk mengurangi kebingungan anda adalah dengan kurangi pilihan anda. Setiap pilihan memiliki ruang dan waktu, susunlah prioritas dari setiap pilihan yang ada.

Konsekuensi dari pilihan-pilihan yang datang pada anda adalah penyesalan. Kamu akan menyalahkan diri saat keputusan itu berdampak buruk pada hidup. Jika hasilnya baik pun, kamu akan mempertanyaan alternatif yang lebih baik saat sudah membuat keputusan yang baik. Jadi kata ‘menyesal’ adalah kata kerja yang akan selalu hadir setelah kamu membuat keputusan dan menjalaninya. Bahkan jika hidup kamu menjadi lebih baik, kamu masih bisa ragu dengan keputusan itu.

Barry Schwartz menambahkan untuk merasa cukup dan bahagia, kamu harus membuat ‘Low Expectation’. Saat sudah membuat keputusan, maka katakan cukup dan bersyukurlah, hal itu akan menghadirkan perasaan yang lebih ringan saat menghadapi tantangan lain di masa depan. Perasaan tidak pernah puas akan membuat kamu menyesal dan tidak akan pernah merasa tenang untuk hal apa pun.

Jadi apa itu keputusan terbaik dari satu pilihan? 

Keputusan yang telah dibuat dengan kesadaran penuh. Seorang guru pernah menasehati saya tentang hal ini. Saat kamu akan memilih apa yang terbaik pertimbangkan resiko, tapi jangan terlalu memusingkan berbagai variabel yang tidak penting. 

Walaupun kamu akan dihadapkan pada pilihan yang menguntungkan, akan selalu ada setidaknya 1% resiko. Begitu pula untuk setiap pilihan sulit yang dihadapi percayalah pada kemungkinan 1% keberhasilan. Nilai 1% adalah hal yang terjadi di luar kendali kita. 

Semesta mendukung, serahkan 1% itu kepada Tuhan, Yang Maha Mengendalikan. Maka keputusan apa pun yang kamu buat, akan membuat kamu siap menghadapinya.

Kamu bisa menikmati ulasan lengkap The Paradox of Choice| Barry Schawrtz.

Terima kasih sudah ikut menyelam dengan The Paradox of Choice.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun...

5 Tips Belajar Asyik ala Studyvlog, Studygram , dan StudyTok

Indah Primad | Juli 2023 | Bacaan 4 menit Lagi bingung gaya belajar apa yang paling pas untukmu?  Tenang, disini akan kita kupas tuntas tips belajar asyik yang bisa kamu terapkan saat belajar nanti. Kita akan temukan tipsnya dari konten-konten influencer edukasi. Sebelum itu, kita kenalan dulu dengan istilah studyvlog, studygram, dan studytok.      Studyvlog  adalah istilah untuk para influencer dan content creator edukatif, terutama konten vlog (video-blog). Contohnya konten Study With Me, menyajikan konten Live/ rekaman belajar sebagai teman belajar kamu. Mereka menyajikan konten keseharian belajar dan tips edukatif. Studygram adalah kreator edukasi yang lebih spesifik untuk pengguna Instagram. Tentunya konten yang lebih simpel menyesuaikan fitur-fitur di Instagram. Tapi istilah ini juga digunakan di platform media sosial lainnya. Studytok , seperti studygram, namun istilah ini digunakan kreator yang ada di TikTok. Mungkin kata StudyTok belum cukup familiar....

Koleksi Momen Tahun Ajaran 2023/2024

Selama setahun belakangan mengajar, saya beruntung bisa menangkap momen-momen bersama anak-anak. Momen-momen yang penuh warna, saya ingin menyajikannya dalam bentuk monokrom. Kesan klasik dari gradasi warna hitam, abu, dan putih membuat sendu suasana.  Saya bersyukur bisa bertemu anak-anak, mereka mengembalikan kemanusiaan saya. Mereka membuat saya perlahan menemukan siapa saya. Dan mereka menghadirkan tawa dan kekaguman yang dulu sulit saya temukan.  Momen yang berharga yang tidak ingin dilupakan, akan terkenang lebih lama oleh jejak visual. Jadi saya berusaha selalu merekamnya dalam jepretan kilat di memori smartphone.  Saya berusaha melindungi identitas mereka. Sebisa mungkin tak ada wajah yang bisa dikenali dengan mudah, kecuali anda sudah mengenal mereka sebelumnya. ... Bonus Selama setahun belakangan, perjalanan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi hobi baru yang menenangkan bagi saya. Cukup untuk melepas ketegangan harian dan menjadi pelarian yang ...