Langsung ke konten utama

Secangkir Filosofi Waktu

Sahabat, kenapa waktu menjadi aset yang paling penting untuk dihargai? 

Orang-orang sukses menyebut aset hidup yang paling berharga adalah waktu. Jika ingin menjadi sukses dengan cara sebagian besar orang-orang yang lebih dulu sukses, tidak bisa dipungkiri, penting untuk bisa mengelola waktu dengan baik.

Catatan ini hadir untuk kamu yang sedang menuju sukses dengan mengatur waktu secara efektif. Kami melakukan riset untuk menemukan filosofi waktu dari berbagai sumber. 

Disini beberapa poin untuk kamu.

Aturan 24 jam

Semua orang dimuka bumi ini mendapat anugerah waktu 24 jam setiap harinya. Setiap kepala waktunya sama, tidak ada yang lebih atau kurang. 

Hari demi hari berganti, waktu demi waktu akan berlalu. Seperti siklus yang terus berulang-ulang, matahari terbit dan tenggelam, siang berganti malam, malam berganti siang. Mau tidak mau hari ini yang kita lewati, akan menjadi masa lalu di hari esok, sama halnya seperti hari kemaren.

Waktu 24 jam, kita bagi-bagi untuk semua kebutuhan dalam satu hari. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, kebutuhan pokok, pekerjaan, pendidikan, hobi, keluarga, hingga tidur lagi. Kita sering mendengar rekomendasi mengelola waktu, misal tidur sebaiknya 8 jam, bangun tidur di pagi hari lebih awal, dan makan tiga kali sehari. Artinya waktu yang 24 jam bisa diatur dengan baik, atau dilewatkan tak bermakna.

Selama kita masih hidup dan matahari masih terbit dan tenggelam, waktu akan terus berjalan selama 24 jam.

Waktu adalah pedang


Waktu ibarat pedang adalah pepatah arab yang terkenal.
Al-waqtu kassaif, fain lam taqtha hu qatha 'aka
Waktu ibarat pedang. Jika kamu tidak menebaskannya, dia akan menebasmu. 
Pedang adalah senjata yang menjadi alat yang membawa kemenangan dan kekalahan dalam perang. Jika digunakan dengan baik bisa melindungi diri dan memenangkan pertempuran. Namun sebaliknya, jika pedang itu dihunuskan dengan cara yang salah yang ada adalah senjata makan tuan.

Jika dibedah lagi pepatah ini, bukan waktu secara harfiah yang menjadi senjata. Tapi bagaimana cara kita berdisiplin diri mengatur waktu, mengelola kegiatan, dan melawan rasa malas, adalah senjata yang kita asah untuk menggunakan waktu.

Daripada, membiarkan waktu berlalu setiap hari, sebagian orang memilih untuk mengatur waktunya. Memberdayakan energinya untuk mengerjakan apa yang ia inginkan.

Waktu adalah sahabat yang memeluk kita

Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan, tapi tidak semuanya. Bukan hanya karena waktu yang terbatas, tapi hidup ini bukan hanya tentang meraih apa yang ingin dicapai yang belum dimiliki masa lalu. 

Ada hal-hal dalam hidup yang harus diperhatikan tanpa kita sadar, dan kita harus berkompromi dengan kepentingan diri sendiri. Misal masalah yang datang, pertemuan dan perpisahan, serta penyakit dan bencana. Rasa sakit yang muncul darinya tentu bukan momen yang menyenangkan. Tapi, waktu juga yang akan menyembuhkan setiap masalah, menggulungnya ke dalam gulungan film masa lalu. 

Dan suka cita juga hadir setelah satu demi satu masalah terlewati. Realistis saja, hidup bukan untuk terus bahagia, tapi menemukan kebahagiaan dari setiap hal yang diberikan Tuhan. 

Kadang kita lupa, ruang tunggu kehidupan tidak akan pernah kosong. Akan selalu ada hal baru yang datang, kadang hal baru itu menarik perhatian kita untuk ditekuni. Masalahnya, kadang terlalu banyak hal yang menarik perhatian kita di saat yang bersamaan. Sayangnya kita bukan makhluk yang bisa membelah diri. Saatnya benar-benar membuat prioritas.

Teori Relativitas Waktu

Pernah dengar teori relativitas waktu? Waktu yang kita lewati kadang terlalu cepat berlalu dan kadang terlalu lama. Kita akan merasa bosan saat menunggu, atau  merasa waktu cepat berlalu untuk momen-momen yang membahagiakan. Relativitas waktu akan menunjukan seberapa menikmatinya kita terhadap proses yang kita lalui. 

Setiap kita hidup dengan tujuannya masing-masing. Mereka yang ingin menjadi diri yang lebih baik, akan melampaui hidup yang hanya diisi rutinitas, tapi ada nilai lebih. Membuat target kehidupan yang realistis, setidaknya satu tahun ke depan. 

Berproses, akan menghadirkan rasa memiliki terhadap waktu. Akan sayang rasanya, melewati waktu tanpa menyelesaikan progres harian. Dan saat target tercapai, akan ada euforia yang membahagiakan. 
Waktu yang kita miliki, hanya yang saat ini kita lalui. Waktu yang lalu sudah terlalu jauh, tak bisa diulang. Waktu yang akan datang adalah misteri yang bukan milik kita.

Menciptakan momen ~ menyimpan kenangan

Waktu akan benar-benar berlalu, tapi yang tersimpan di memori adalah momen, kenangan yang tak terlupakan. Caranya adalah menghadirkan kesadaran di setiap kegiatan yang dilakukan, istilah populernya mindfulness

Bagaimana caranya menghadirkan diri? Hal yang pertama yang mesti dilakukan adalah menggunakan otak untuk berpikir. Pikirkan untuk melakukan sesuatu, buat alasan yang logis saat emosi lagi banyak maunya. Misal untuk scroll media sosial, pikirkan alasan logis sesaat sebelum melakukannya. Otak akan membantu kamu menahan diri, dan membatasi waktu. Kalau godaannya kuat, bisa atur alarm pengingat.

Kenapa kita direkomendasikan mengerjakan setiap kegiatan kita satu demi satu. Karena kita manusia juga punya batas energi. Faktornya bisa karena kesehatan, ekonomi, komunikasi dan relasi. Berusaha menemukan kebiasaan tubuh dan batasan, maka akan lebih mudah beradaptasi mengerjakan setiap kegiatan mindfulness.

Sebagian orang-orang sukses memang ditempa sedemikian kerasnya dengan penderitaan di masa muda. Dan segala masalah akan menjadi tempaan yang memperkuat mental dan pikiran. Tapi kita bisa belajar dari kegagalan orang lain, dan tidak mengulanginya. Hanya saja sekali-sekali gagal juga tidak masalah, karena tadi, waktu akan menggulung masalah-masalah itu menjadi gulungan film kenangan masa lalu.

Memperhatikan waktu - Photo by Oladimeji Ajegbile

Sumber:

1. Pesan para guru, coach, dan orang-orang sukses di luar sana



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun...

5 Tips Belajar Asyik ala Studyvlog, Studygram , dan StudyTok

Indah Primad | Juli 2023 | Bacaan 4 menit Lagi bingung gaya belajar apa yang paling pas untukmu?  Tenang, disini akan kita kupas tuntas tips belajar asyik yang bisa kamu terapkan saat belajar nanti. Kita akan temukan tipsnya dari konten-konten influencer edukasi. Sebelum itu, kita kenalan dulu dengan istilah studyvlog, studygram, dan studytok.      Studyvlog  adalah istilah untuk para influencer dan content creator edukatif, terutama konten vlog (video-blog). Contohnya konten Study With Me, menyajikan konten Live/ rekaman belajar sebagai teman belajar kamu. Mereka menyajikan konten keseharian belajar dan tips edukatif. Studygram adalah kreator edukasi yang lebih spesifik untuk pengguna Instagram. Tentunya konten yang lebih simpel menyesuaikan fitur-fitur di Instagram. Tapi istilah ini juga digunakan di platform media sosial lainnya. Studytok , seperti studygram, namun istilah ini digunakan kreator yang ada di TikTok. Mungkin kata StudyTok belum cukup familiar....

Koleksi Momen Tahun Ajaran 2023/2024

Selama setahun belakangan mengajar, saya beruntung bisa menangkap momen-momen bersama anak-anak. Momen-momen yang penuh warna, saya ingin menyajikannya dalam bentuk monokrom. Kesan klasik dari gradasi warna hitam, abu, dan putih membuat sendu suasana.  Saya bersyukur bisa bertemu anak-anak, mereka mengembalikan kemanusiaan saya. Mereka membuat saya perlahan menemukan siapa saya. Dan mereka menghadirkan tawa dan kekaguman yang dulu sulit saya temukan.  Momen yang berharga yang tidak ingin dilupakan, akan terkenang lebih lama oleh jejak visual. Jadi saya berusaha selalu merekamnya dalam jepretan kilat di memori smartphone.  Saya berusaha melindungi identitas mereka. Sebisa mungkin tak ada wajah yang bisa dikenali dengan mudah, kecuali anda sudah mengenal mereka sebelumnya. ... Bonus Selama setahun belakangan, perjalanan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi hobi baru yang menenangkan bagi saya. Cukup untuk melepas ketegangan harian dan menjadi pelarian yang ...