Langsung ke konten utama

Kesalahan Ini Bisa Kamu Hindari Saat Belajar Bahasa Asing


Beruntungnya kita, sebagai pelajar di negeri ini, pasti pernah atau sedang belajar setidaknya satu bahasa asing, Bahasa Inggris misalnya. Iya gak?

Tapi kenapa ya setelah bertahun-tahun belajar di sekolah skill bahasa asing kita kadang berjalan di tempat. Alhamdulillah, syukurlah kita bisa untuk perkenalan, percakapan sehari-hari, dan mendengarkan musik. 
Tapi gimana kalau nonton film, apakah kamu kadang ga paham mereka ngomong apa? tenang sob, kamu ga sendiri.

Ini pengalaman pribadiku, untuk seorang yang berusaha bisa menguasai bahasa asing dari 0. Disini, aku sudah pernah mencoba beberapa metode belajar dengan target belajar yang santai hingga serius. Kita bahas satu-satu kesalahanku, biar kamu ga terjebak di kesalahan yang sama.

1. Mulai belajar dengan target yang belum jelas


Belajar Bahasa Inggris, tentu aku punya tujuan realistis, supaya ga remedial ujian di sekolah. Alhamdulillah, tujuanku tercapai. Setelah lulus sekolah, di perkuliahan aku hanya mendapat 2 SKS kelas Bahasa Inggris. Tapi setelah lulus sekolah, setelah tidak ada lagi ujian, aku kehilangan tujuan untuk belajar Bahasa Inggris. Setelahnya, aku tidak lagi punya tujuan untuk belajar Bahasa Inggris dengan serius. Setelahnya barulah ku sadar, kemampuan bahasa inggrisku tidak berkembang banyak setelahnya.

Kesalahan pertama: Belum membuat target belajar yang jelas.

Kalau kamu baru mulai belajar, kamu pasti punya alasan pribadi. Apakah alasanmu untuk target jangka panjang, seperti bekerja dan kuliah di luar negeri, atau untuk mengembangkan skill komunikasi? Penting untuk membuat target yang jelas. Karena akan lebih mudah untuk menyusun strategi yang tepat untuk berhasil meraih target kamu.

Bisa nih dengan metode SMART (specific - measurable - achievabel - relevant - time bound). Buat tujuan se-spesifik mungkin, bahkan kamu bisa juga gunain imajinasi kamu untuk menggambarkan situasi, tempat, suasana saat tujuanmu tercapai. Terus, jangan lupa tentukan waktu tenggat, supaya kamu semakin termotivasi. 

Dalam membuat target, sebaiknya jangan muluk-muluk dulu, mulai dari yang bisa diraih dengan logis. Misal, kamu punya target untuk ambil tes TOEFL 3 bulan lagi dengan skor 500 untuk mendaftar pekerjaan, kamu mulai targetin belajar 2 jam sehari. Jangka waktu yang cukup dan strategi belajar yang tepat, target kamu lebih logis untuk diraih. 
Kita bandingkan dengan jangka waktu yang mepet, misal tes TOEFL 1 minggu lagi karena dekat deadline apply lamaran kerja atau beasiswa, dan kebetulan ini tes TOEFL pertama. Bukannya ga mungkin, ini bisa saja terjadi, namun beresiko.

2. Fokus pada hafalan kosakata/tata bahasa (grammar) tapi lupa hal yang terpenting

Ini pengalamanku belajar bahasa Jepang. Saat SMA aku memilih untuk bergabung dengan klub Bahasa Jepang, dimulai dengan belajar hiragana dan katakana. Aku menikmati setiap aktivitas yang berkesan, kami belajar sambil bermain, menonton film, mendengarkan lagu. Aku selalu menunggu jadwal klub Bahasa Jepang, karena aktivitasnya yang seru. 
Tanpa kusadari, aku sudah menghafal hiragana dan katakana, hingga berkesempatan mengikuti lomba menulis hiragana dan katakana. 
Setelah tidak lagi bergabung dengan klub bahasa jepang, aku masih melanjutkan belajar bahasa jepang secara otodidak. Namun, aku kehilangan momentumku, rasanya lebih sulit untuk belajar tanpa panduan guru. 
Aku tidak menyerah, kini sudah 8 tahun aku masih belajar bahasa Jepang. Karena aku terbiasa belajar dengan menghafal, bagiku yang terpenting selama ini adalah menghafal kosa kata atau tata bahasa. Bermodal modul warisan klub Bahasa Jepang, aku terus belajar. Sayangnya, semangat belajarku sering hilang timbul, tentu ini bukan metode yang efektif. Namun, aku lupa untuk konsisten belajar dan memaparkan diri dengan bahasa Jepang setiap harinya. 

Kesalahan ke-2: 
Belum konsisten menggunakan bahasa yang dipelajari yang terpenting selama ini adalah menghafal kosa kata/tata bahasa.


Setelah menyadari kesalahanku, aku merubah kebiasaan saat belajar bahasa. Kini aku mulai menggunakan bahasa yang kupelajari, minimal saat sendiri aku berbicara sendiri dengan cermin. Memaparkan diri dengan bahasa Jepang, setiap hari aku mendengarkan, membaca, dan menulis Bahasa Jepang. Sedikit-sedikit kebiasaan ini kumulai, untuk menjadi bukut momentum saat dibutuhkan suatu hari nanti.

3. Aku paham apa yang kudengarkan tapi tidak bisa meresponnya dengan baik

Seringnya, kita belajar bahasa di sekolah untuk mempersiapkan diri menghadapi tes membaca, menulis, dan tes mendengarkan. Sayangnya, kita kurang mengasah kemampuan berbicara. Padahal, salah satu skill bahasa yang juga dibutuhkan di kehidupan, adalah kemampuan berbicara. Belajar bahasa untuk membaca dan menulis tentu saja penting. Namun, kemampuan berbicara masih belum diasah seperti skill bahasa lainnya.
Barulah kita sadar berbicara bahasa asing itu penting, saat harus interview masuk kerja, beasiswa, atau tersesat saat di negara orang. 

Kesalahan ke-3: Kurang mengasah kemampuan berbicara.

Memperbaiki kesalah ini tidak ada kata terlambat. Aku mulai bekerja sebagai guru yang harus berbicara dengan Bahasa Inggris. Menulis di Medium dengan Bahasa Inggris. Menonton dengan subtitle English, menyimak percakapan dari content creator luar negeri. Begitu pun dengan bahasa asing lainnya. 

Asah kemampuan bahasa dan kepercayaan diri bersamaan

Ada lagi satu cara ampuh untuk mengatasi kemampuan berbicara dengan bahasa asing yang masih kelabakan, yaitu melatih kepercayaan diri. Memang terbukti, bahwa para native, tidak akan terlalu memikirkan kesalahan tata bahasa yang kita buat. Dengan kepercayaan diri dan kemampuan bahasa dasar, kita sudah bisa berkomunikasi. Saat percaya diri, kita tidak akan mengatakan "maaf Bahasa Inggris saya tidak terlalu baik, karena bukan bahasa native saya". Saya pernah ditegur saat mengatakannya di satu seminar. Dan akhirnya saya berhenti melihat ini sebagai kekurangan, namun kesempatan untuk belajar dan tentu bisa diperbaiki kedepannya.

Namun, tidak ada ruginya untuk terus mengasah kemampuan berbicara dalam bahasa asing. Kemudian, lama-kelamaan bahasa yang awalnya asing, akhirnya bisa menjadi bahasa kedua, ketiga, dan seterusnya.

#BONUS

Belajar bahasa terbukti meningkatkan kecerdasan, membantu meningkatkan kemampuan sosial, dan membantu kita membangun karir yang lebih baik. Tapi kenapa terkadang kita tidak seserius itu belajar bahasa asing? padahal sudah begitu banyak sumber daya yang bisa diakses. Bisa pakai aplikasi penerjemah, aplikasi belajar harian, bahkan permainan bahasa yang bisa diunduh lewat gawai kamu. Sayang banget kan ya.

Selain bahasa asing dari berbagai negara, mungkin kamu juga bisa melirik bahasa isyarat dan braile untuk dipelajari. Bahasa-bahasa ini bisa kamu pakai untuk berkomunikasi dengan teman-teman luar biasa. Menariknya, bahasa-bahasa ini akan melatih kepekaan dan ekspresi. 

Semangat untuk terus belajar. Karena setiap koneksi baru akan terbentuk di otak, percikan pengetahuan memperluas kemampuanmu.

Sampai jumpa di catatan selanjutnya dari Indahprimad.com




Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun

5 Tips Belajar Asyik ala Studyvlog, Studygram , dan StudyTok

Indah Primad | Juli 2023 | Bacaan 4 menit Lagi bingung gaya belajar apa yang paling pas untukmu?  Tenang, disini akan kita kupas tuntas tips belajar asyik yang bisa kamu terapkan saat belajar nanti. Kita akan temukan tipsnya dari konten-konten influencer edukasi. Sebelum itu, kita kenalan dulu dengan istilah studyvlog, studygram, dan studytok.      Studyvlog  adalah istilah untuk para influencer dan content creator edukatif, terutama konten vlog (video-blog). Contohnya konten Study With Me, menyajikan konten Live/ rekaman belajar sebagai teman belajar kamu. Mereka menyajikan konten keseharian belajar dan tips edukatif. Studygram adalah kreator edukasi yang lebih spesifik untuk pengguna Instagram. Tentunya konten yang lebih simpel menyesuaikan fitur-fitur di Instagram. Tapi istilah ini juga digunakan di platform media sosial lainnya. Studytok , seperti studygram, namun istilah ini digunakan kreator yang ada di TikTok. Mungkin kata StudyTok belum cukup familiar. Tapi melihat trend peng

Stop! Saatnya Menjadi Lebih Kuat

Indah Primad | Cerita evaluasi tengah tahun 2023 Menjelang 2022 berakhir, saya masih ingat sebuah obrolan hangat dengan seorang guru. Beliau adalah pebisnis yang suka berbagi tips dunia wirausaha dan dipadukan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau bercerita menjadi dewasa yang sebenarnya, menjadi kuat dan dapat dipercaya. Ternyata sudah lebih dulu diceritakan dalam kisah Nabi Musa as saat dipertemukan dengan Nabi Syu’aib, kemudian perkataan Nabi Yusuf as kepada raja Mesir. Kita mulai dari kisah Nabi Musa as.  Waktu itu Nabi Musa as berhenti di dekat sebuah sumur. Dilihatnya dua orang perempuan muda penggembala sedang mengantri untuk mengambil air. Tapi ada yang tidak beres, perempuan muda itu hanya menunggu antrian karena didepannya para pria lebih dulu memberi ternak-ternaknya air minum. Nabi Musa menawarkan diri untuk membantu mengambil air. Kedua perempuan ini ternyata adalah putri Nabi Syu’aib yang kemudian merekomendasikan Nabi Musa untuk bekerja dengan mereka. “Wahai ayahku! Jadikan