Photo by Nik on Unsplash |
Semalam aku mengobrol dengan ayah lewat panggilan suara. Pertama-tama kami akan saling menanyakakan kabar, dan ayah akan bertanya kesulitan yang kuhadapi. Ayahku kemudian menggiring obrolan, membahas kebijakan kenaikan gaji guru, filosofi pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara, hingga fenomena tawuran yang marak terjadi di level pendidikan menengah. Kalau teman-teman pembaca mengalami obrolan seperti ini bagaimana perasaan teman-teman?
Dulu, aku yang pikirannya belum terbuka, ngga habis pikir bagaimana ayah selalu bicara masalah negara dengan putrinya. Aku yang lelah duluan kadang menjawab seadanya dan tidak ingin melanjutkan obrolan yang tidak ada hubungannya dengan kami.
Namun, profesiku melatih keinginan untuk menyebarkan informasi yang baik untuk anak-anak dan mengajak mereka berpikir terbuka. Ternyata inilah yang dirasakan ayahku, melihat anak-anak yang belum berdaya di tengah gempuran informasi palsu, era disrupsi, dan akses media sosial yang terbuka ada perasaan ingin melindungi mereka. Namun, tidak mudah, anak-anak kadang tidak mau mendengarkan. Dan salah satunya aku ke ayahku.
1: Mulai
Kemudian, aku memilih untuk merubah cara berpikir. Saat aku membayangkan diriku 5 hingga 10 tahun lagi, kalau aku masih menjadi orang yang belum berpikir baik, hanya mementingkan diri sendiri, maka hidupku akan berputar di keresahan pribadi. Dari pikiran tetap (fixed mindset) menjadi lebih terbuka yaitu mindset tumbuh (grow mindset).
Bagaimana caranya memiliki pikiran yang terbuka atau mindset tumbuh? Setahun lalu, aku yang masih bingung cara merubah pikiranku menemukan strategi paling sederhana namun sekaligus menantang. Mulai dari obrolan dengan ayah, pilihanku untuk mulai mendengarkan, dan mulai menanggapi semampuku. Juga melatih bacaan, memilah informasi dari internet, dan mendengarkan kisah-kisah orang lain.
2: Menemukan
Yang aku temukan adalah perspektif baru tentang informasi, cara mengatasi masalah, hingga prinsip yang lebih manusiawi. Bagaimana pikiran terbuka menyelamatkan orang-orang dari masalah mereka. Masalah yang rumit berhasil dipecahkan. Mindset tumbuh menarik benang merah solusinya. Mereka yang lumpuh kembali berjalan, mereka yang ingin mati mengurungkan niat bunuh diri, mereka yang awalnya bermasalah hadir menolong orang lain.
Jika dikaji, ternyata mindset tumbuh sudah diajarkan di pendidikan akhlak, yaitu tawadu', atau rendah hati. "Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun", ini redaksi Al-Qur'an, firman Allah SWT. Artinya pikiran tertap (fixed mindset) yang menganggap dirinya lebih baik, lebih penting, dan lebih utama, malah akan menjadi neraka.
Carol S. Dweck dalam bukunya yang berjudul Mindset menjelaskan bagaimana orang dengan mindset tumbuh berpikir dan mengambil keputusan. Mereka yang lebih terbuka dengan berbagai pilihan, menjadi lebih merdeka dalam berpikir dan tetap sadar saat mengambil keputusan. Ini selaras dengan konsep stoikisme - yang bisa kita baca lagi di buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring- dimana hidup tanpa kecemasan dimulai dari berhenti mempermasalahkan hal-hal diluar kontrol kita.
3: Belum Berakhir
Jika berlatih, mindset tumbuh bukan menjadi jawaban normatif lagi, namun bisa menjadi cara melihat dunia, menelaah masalah, menemukan solusi, dan memilih keputusan. Semoga, kamu yang membaca terus bertumbuh dengan minset tumbuh. Proses panjang ini mari kita lalui sama-sama.
Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa lagi di postingan berikutnya.
Note:
Ayahku menantang untuk mencari 3 slogan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, dan ini jawabannya:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho: Di depan memberi teladan yang baik
2. Ing Madyo Mangun Karso: Di tengah membangun keinginan
2. Ing Madyo Mangun Karso: Di tengah membangun keinginan
3. Tut Wuri Handayani: Di belakang memberi dorongan (motivasi)
Bacaan rekomendasi:
Photo by Seema Miah on Unsplash |
1. Mindset: Mengubah pola berpikir untuk perubahan besar dalam hidup anda. Ditulis Carol S. Dweck. Terbit 2017. Versi terjemahan diterbitkan 'baca' (Bentara Aksara Cahaya). Preview in english klick here.
2. Filosofi Teras yang ditulis Henry Manampiring. Tahun terbit pertama 2018 dan best seller dimana sudah dicetak 51 kali hingga 2023. Diterbitkan Kompas Gramedia.
Komentar
Posting Komentar