Langsung ke konten utama

O-Kama: Sang Penipu


Bunyi kursi berdecit akibat gesekan yang dibuat sengaja oleh orang mendudukinya. Itu menggangguku, aku ingin menegurnya langsung. Ia memang duduk di depanku, namun jaraknya dua baris dari kursiku. 
"Ah aku tidak bisa menahannya." kataku pada teman disebelahku.
"Sabar Air, kita tidak boleh membuat masalah." Namanya Tin, dan ia berbicara lirih sambil terus menatap ke depan.
Aku hanya bisa menggigit bibirku kesal. Aku yakin beberapa orang di ruangan ini juga merasa itu gangguan yang menyebalkan. Termasuk pembicara yang sedang berpidato di depan sana, sesekali menatap sumber bunyi berdecit itu. 
"em.. sampai dimana kita tadi. Ehm... baiklah saya akan membacakan para juara, peraih nilai terbaik di masing-masing kelas. Nantinya, bagi nama-nama yang disebutkan, dipersilahkan ke atas panggung." Ada jeda di beberapa kalimat, saat Bu wakil menatap sumber bunyi decitan itu. 
Bunyi itu akhirnya berhenti sesaat. Situasi kembali khidmat. Orang-orang sebagian terlihat gugup, sebagian tak acuh. Aku melihat si sumber bunyi decitan, ia duduk tegap, namun aku tak bisa melihat ekspresinya.
Satu demi satu nama-nama disebutkan. Berurutan dari kelas pertama sampai terakhir. 
"... juara 1 dari kelas 8 A, Adriana Kama... " suara yang bergema di aula yang tidak seberapa besarnya ini, diikuti decitan kursi yang bergeser agak kasar. Ia pembuat suara decitan yang kumaksud, ia berdiri dengan ekspresi datarnya melangkah besar-besar dan cepat naik ke panggung. Ia berdiri dengan tatapannya yang biasa saja. Entah apa yang ia pikirkan. Sedangkan orang-orang terus bertepuk tangan.

Aku masih mengingat obrolan kami kemaren. Saat itu ia mau menemaniku mengambil barang yang tertinggal. Untungnya sekolah kami berasrama, dan letak kamarku tak jauh dari gerbang asrama putri. Aku awalnya berjalan sendirian, namun Adriana Kama mengejarku. Tidak biasanya ia dan aku bersama hanya berdua, kami tidak cukup dekat untuk dibilang sahabat, namun kami satu kelas. Kami seperti berkenalan di hari itu. Menanyakan asal dan berapa saudara yang dimiliki. Dan baru kali itu aku memanggil ia dengan nama panggilan, Kama.
"...ehm aku sepertinya akan gagal semester ini..." Kama mengalihkan topik basa-basi, nada suaranya melemah.
Aku terdiam sebentar, mengingat-ingat seorang Kama yang selalu juara kelas di kelas 7. Maksudnya gagal apa?
"Mana mungkin, kau kan juara kelas, bahkan juara umum di kelas 7" Aku membalas perkataannya sambil menatapnya, berusaha menghibur.
Namun aku menemukan senyuman tersungging sesaat sebelum ia kembali berucap,
"Tidak, semester ini aku rasa aku akan gagal." Nada suaranya kembali melemah, hanya saja bergetar agak asing nadanya. Aku rasa yang dibutuhkannya, bukan kata-kata penghibur, namun rasa rendah diriku.
"Kama, kamu akan juara." Nadaku terdengar sebal, tak bisa kupungkiri. Namun ia malahan tersenyum lebih lebar. Menyebalkan, pikirku.

Update: 19 April 2025
(Bersambung)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review Buku] Pengalaman Baca Buku Funiculi Funicula

Masa lalu dan masa depan, dua waktu yang sudah terlalu jauh untuk dijangkau. Masa lalu yang sudah dilewati kadang menyisakan penyesalan, dan masa depan yang masih misteri menantang diri membuat penasaran. Jika kau diberi kesempatan memilih kembali ke masa lalu atau melihat masa depan, apa yang akan kau pilih? Tapi sayangnya apa pun yang kau pilih tidak akan mengubah apa pun, kejadian yang terjadi, atau orang yang kau temui, bahkan mencegah kematian sekalipun. Dan dengan resiko terjebak selamanya di ruang waktu, apakah kau masih mau untuk melakukan perjalanan waktu? Sinopsis di atas adalah milik buku 'B efore the Coffee Gets Cold: Funiculi Funicula', salah satu dari trilogi karya Toshikazu kawaguchi yang pertama rilis di Jepang pada 2015. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Dania Sakti, dan diterbitkan Gramedia. Saya membaca cetakan ke-21, desain sampul karya Orkha Creative.  Cover depan Funiculi Funicula cetakan ke-21  Pertemuan dengan Funiculi Funicula Tahun...

5 Tips Belajar Asyik ala Studyvlog, Studygram , dan StudyTok

Indah Primad | Juli 2023 | Bacaan 4 menit Lagi bingung gaya belajar apa yang paling pas untukmu?  Tenang, disini akan kita kupas tuntas tips belajar asyik yang bisa kamu terapkan saat belajar nanti. Kita akan temukan tipsnya dari konten-konten influencer edukasi. Sebelum itu, kita kenalan dulu dengan istilah studyvlog, studygram, dan studytok.      Studyvlog  adalah istilah untuk para influencer dan content creator edukatif, terutama konten vlog (video-blog). Contohnya konten Study With Me, menyajikan konten Live/ rekaman belajar sebagai teman belajar kamu. Mereka menyajikan konten keseharian belajar dan tips edukatif. Studygram adalah kreator edukasi yang lebih spesifik untuk pengguna Instagram. Tentunya konten yang lebih simpel menyesuaikan fitur-fitur di Instagram. Tapi istilah ini juga digunakan di platform media sosial lainnya. Studytok , seperti studygram, namun istilah ini digunakan kreator yang ada di TikTok. Mungkin kata StudyTok belum cukup familiar....

Pengalaman Belajar Bahasa Isyarat BISINDO Banten

Photo by Assad Tanoli on Unsplash Kamu tertarik untuk menyelami bahasa isyarat? Wah sama! Dan disini saya akan berbagi pengalaman belajar bahasa isyarat melalui kelas bahasa isyarat BISINDO. Sejak di kampus, saya tertarik dengan bahasa isyarat. Beruntungnya media sosial saya mendukung dengan algoritma yang sesuai, dan semakin banyak video bahasa isyarat yang saya tonton. Beberapa diantaranya saya berusaha mengingat kosa kata. Namun saya mulai kebingungan karena perbedaan kosa kata untuk satu makna yang sama. Akhirnya saya putuskan untuk lebih serius belajar dengan mengikuti kelas dari lembaga terpercaya, yaitu BISINDO. Setahu saya, bahasa isyarat di Indonesia dikembangkan secara profesional oleh dua sistem. Pertama, Bahasa Isyarat Indonesua (BISINDO), sebuah sistem bahasa isyarat yang dirintis oleh teman-teman tuli. Kedua, Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) yang dikebangkan oleh Kemendikbud. Perbedaanya tidak hanya di kosa kata yang cukup berbeda, tapi teman-teman tuli sehari-hari...